Barongsai adalah sebuah tarian tradisional dari kebudayaan China, dimana si penampil meniru perilaku dan gerak-gerik singa di dalam kostum yang berbentuk mirip singa. Barongsai seringkali disalahartikan sebagai tarian naga atau Liong. Sebenarnya perbedaan di antara keduanya cukup jelas: Barongsai dibawakan oleh dua orang penari, sedangkan Liong ditampilkan oleh banyak orang.
Barongsai dimainkan oleh dua penari. Satu penari bertugas untuk mengendalikan kepala singa, sedangkan penari yang lain menggerakan bagian badan dan ekor. Kepala dari Barongsai biasanya terbuat dari bahan-bahan yang ringan, seperti bambu atau kertas. Sedangkan badan Barongsai terbuat dari kain yang menempel di kepalanya.
Menyangkut sejarah dan asal-usulnya Barongsai mempunyai beragam legenda dan dongeng. Salah satunya yang paling populer berasal dari cerita zaman Dinasti Tang. Dikisahkan, pada suatu malam, sang kaisar mengalami sebuah mimpi yang aneh. Di dalam mimpi tersebut, sang kaisar melihat seekor binatang aneh yang menyelamatkan nyawanya.
Terbangun dari tidurnya, sang kaisar langsung mengumpulkan para menterinya untuk menerjemahkan mimpi aneh yang ia alami. Salah satu menterinya mengatakan bahwa makhluk yang ia lihat adalah seekor singa dari wilayah barat. Akhirnya, kaisar tersebut memerintahkan salah satu menterinya untuk membuat makhluk yang ada di dalam mimpinya.
Legenda lainnya menceritakan tentang teror seekor singa di sebuah desa. Lalu, salah satu warga desa tersebut mempunyai ide untuk membuat suara-suara bising demi mengusir hewan liar tersebut. Beberapa dari mereka juga membuat kostum yang menyerupai singa. Dan akhirnya usaha mereka pun berhasil membuat singa liar tersebut menjauhi desa.
Kisah lainnya masih terkait dengan teror singa di sebuah desa. Bedanya, warga desa tidak mengerti bagaimana cara menghentikan serangan singa tersebut. Akhirnya, mereka memutuskan untuk meminta bantuan pada seorang bhiksu Buddha yang punya kemampuan mengusir dan menjinakkan singa.
Lewat bantuan sang bhiksu, akhirnya singa tersebut mampu dijinakkan, bahkan menjadi pelindung bagi desa tersebut. Hingga sekarang, bhiksu tersebut seringkali ditampilkan dalam tarian Barongsai sebagai Buddha berkepala besar atau Dai To Fut.
Sumber